Melalui catatan ungu ini kutuliskan kepada dunia bahwa aku ada ♫

Senin, 09 September 2013

Alasan Masyarakat Memilih Golput?


Pemilu untuk memilih calon anggota legislatif adalah agenda akbar yang ada di negeri ini. Namun hingga saat ini, kurang terlihat adanya antusiasme rakyat dalam menyambut ‘pesta’ lima tahunan itu. Beberapa orang bahkan cenderung cuek dan bersikap apatis. Sikap cuek ini juga terlihat dari tingginya angka golput pada Pilgub maupun Pilkada di berbagai pelosok daerah di negeri ini . Apakah ini pertanda bahwa Pemilu ini tidak diminati rakyat? Lalu kenapa rakyat banyak yang memilih untuk golput?

Di tengah maraknya kampanye terbuka yang kini telah mulai dilakukan oleh semua partai dan caleg peserta pemilu, muncul suatu kekhawatiran yang mendalam. Kekhawatiran itu muncul akibat maraknya fenomena golput pada berbagai pilkada di sejumlah daerah.

Maraknya aksi golput tersebut tentu saja bukan suatu kebetulan. Hal ini merupakan bukti kekecewaan rakyat terhadap pemerintah dan partai politik yang ada saat ini. Hasil Survei nasional yang dilakukan indo barometer pada tahun 2008 lalu menunjukkan bahwa sebagian besar rakyat indonesia tidak puas dengan kinerja parpol yang ada. 

Ada 1001 alasan mengapa masyarakat memilih untuk tidak memilih alias golput. Namun, jika semuanya dikerucutkan, maka ada 5 jenis alasan golput.

Pertama, golput karena apatis atau karena kekecewaan dengan politik yang ada.

Golongan masyarakat yang golput apatis ini didominasi oleh mereka yang sudah tidak percaya lagi terhadap sistem dan penguasanya. Mereka sudah apatis terhadap janji-janji partai, propaganda partai, maupun ketidakcocokan plat form dari sekian banyak partai yang ada. Tetapi golongan yang apatis ini juga tidak melakukan perbuatan apapun untuk mengubah keadaan yang ada.

Kedua, golput karena masalah teknis.

Golput ini disebabkan oleh masalah teknis pemilu itu sendiri. Misalnya mereka yang tidak terdaftar dalam DPS (Daftar Pemilih Sementara) ataupun DPT (Daftar Pemilih Tetap). Penyebabnya bisa dikarenakan kesalahan KPU dalam pendataan, pemerintah setempat ataupun orang yang bersangkutan. Atau bisa saja mereka sudah terdaftar, tetapi dalam hari H nya ada keperluan yang tidak bisa ditinggalkan, sehingga mereka tidak bisa hadir di Tempat Pemungutan Suara.

Ketiga, golput karena alasan ekonomis.

Orang-orang yang melakukan golput karena alasan ini, biasanya mereka yang karena mata pencahariannya tidak bisa meninggalkan aktivitasnya untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Golongan ini didominasi oleh para pedagang kecil, karyawan dengan upah harian dan buruh.

Keempat, golput karena individualis.

Mereka yang tidak memilih karena merasa tidak ada manfaat secara langsung baginya. Pemilu seolah merepotkan dan mengganggu kesenangan dalam menjalani hidupnya. Mereka tidak peduli dengan proses pemilu karena cukup enjoy dan senang dengan aktifitas pribadinya masing–masing. Misalnya, main game, chatting, internetan, facebook-an, dll.

Kelima, golput karena alasan ideologis (sadar politik)

Masyarakat yang golput ideologis adalah mereka yang benar-benar sadar politik yakni karena dorongan ideologi (baca: Islam), bukan yang lain. Mereka memandang bahwa demokrasi adalah sistem sekuler yang bertentangan dengan Islam. Pemilu saat ini berjalan di atas sistem sekuler di mana caleg dipilih untuk membuat hukum yang akan diberlakukan di masyarakat. Padahal dalam Islam membuat hukum adalah hak syariat (Allah SWT). Di sinilah letak ketidaksesuaian demokrasi dengan Islam. Keikutsertaan mereka dalam pemilu (pada sistem demokrasi) hanya akan melanggenggkan sistem sekuler tersebut. Mereka berjuang ekstraparlemen dimana parpol melakukan fungsi edukasi dan agregasi secara langsung di tengah-tengah masyarakat, membimbing dan mengajak masyarakat berjuang secara langsung untuk mengganti tatanan yang rusak dengan tatanan baru yang lebih baik. Mereka senantiasa mestandarkan perbuatannya dengan apa yang telah dilakukan oleh Rosulullah SAW dahulu tatkala mendirikan negara Islam.

Dari sekian banyak alasan golput di atas tentunya kita bisa melihat bahwa ternyata para pelaku golput itu tidak semuanya karena cuek bebek alias apatis. Pelaku golput juga tidak bisa disimpulkan pro status quo. Apakah pelaku golput karena alasan teknis danekonomis bisa kita salahkan? Tentu tidak. Lantas Apakah golput karena alasanideologis (sadar politik) dianggap tidak bertanggung jawab? Jelas tidak! Kini, sudah saatnya kita merenungkan kembali kesadaran politik yang kita miliki, agar tidak lagi mudah terjebak dalam euphoria politik lima tahunan secara sia-sia.

Tulisan ini bukan untuk mengajak golput, karena mengikuti pemilu adalah hak masing-masing. Hukum asal pemilu itu adalah mubah (boleh), tidak wajib juga tidak haram. Tergantung dalam sistem seperti apa dan untuk kepentingan apa pemilu itu berjalan. Dan tentu saja apa yang kita perbuat dan kita pilih sekarang ini, akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa.

Saya berpendapat bahwa saat ini akan sangat sulit membenahi negeri lewat pemilu, karena kerusakan negeri ini sudah sangat mengakar. Sejarah membuktikan perubahan besar dan mendasar hanya bisa dicapai dengan jalur ekstraparlemen. Lihat sajarevolusi prancis, revolusi Islam, revolusi rusia, dll. Di dalam negeri kita bisa melihat bahwa untuk menurunkan rezim orde baru tidak dilakukan lewat pemilu, apalagi untuk menurunkan sistem kehidupan sekular-liberal seperti sekarang.

Kita semua tentu berharap terwujudnya negara dengan pemerintahan yang lebih baik. Pemerintahan yang membawa perbaikan, kebaikan, keadilan, dan kesejahteraan. Banyak yang berharap bahwa pemilu sekarang ini akan membawa kepada perubahan. Tetapi percayalah hal itu tidak akan membawa perubahan secara keseluruhan, hanyaparsial saja. Tapi, itu tidak berarti kita hanya berdiam diri saja tanpa melakukan perbuatan apapun. Perjuangan harus terus berlangsung demi perubahan. Perubahan itu niscaya ada, dan ada dalam keniscayaan.

Jadi, kenapa kamu memilih? kenapa kamu golput?

Tidak ada komentar :

Posting Komentar